TAPUT – Belaster Bolas Tua Purba ketua GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) memprediksi situasi politik dan keamanan dalam Pemilihan Umum (Pemilu) Serentak dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 kondusif. Bahkan, menurutnya lebih baik dari Pemilu 2019 karena tidak banyak muncul kampanye yang mengusung politik identitas.
“Untuk pemilu 2024 situasi politik dan keamanan akan lebih baik dibanding pemilu 2019,” ujarnya”
Menurut Belaster Bolas Tua Purba, pada Pemilu 2019 lalu, kampanye yang mengusung Politik Identitas telah dimulai sejak 4 November 2016 atau tiga tahun sebelumnya dengan mengumpulkan massa dalam jumlah besar.
Kampanye dengan pengumpulan massa ini dilakukan secara bergelombang di sejumlah daerah, dengan jargon mulai dari 411 hingga kemudian menjadi 211 yang berkembang hingga Pipres 2019.
“Sekarang ini Pemilu tinggal 1 bulan (menjelang Pemilu 14/Februari 2024), yang begitu-begitu (politik identitas) sudah tidak banyak, ada sedikit-sedikit tapi tidak mengundang masa yang mengkhawatirkan dan panas,” tuturnya.
Namun, situasi ini dalam pandangan Belaster Bolas Tua Purba tidak membuat pemerintah dan Aparat penegak Hukum mengurangi kewaspadaan terhadap munculnya kampanye-kampanye yang mengusung politik identitas, khususnya di media massa dan media sosial.
Oleh karena itu, Belaster Bolas Tua Purba mengajak para pemilik media, khususnya Lembaga Penyiaran Publik (LPP) dan Lembaga Penyiaran Swasta (LPS) untuk turut serta dalam upaya mengantisipasi munculnya kampanye politik identitas di tegah masyarakat.
“Saya menganggap politik identitas ini mungkin bisa kita hadapi lebih baik tanpa harus mengurangi kewaspadaan kita dan peran serta media untuk berkampanye agar pemilu sehat berintegritas, berkualitas itu dibangun bersama-sama untuk pemilu 2024, kita berharap segenap masyarakat untuk menyukseskan Pemilu 2024 tanpa Politik Identitas dan Politik Uang.” ungkapnya.
Belaster Bolas Tua juga mengajak masyarakat untuk memilih pemimpin dan wakil rakyat yang berintegritas dan berkapasitas besar.
Ia juga meminta masyarakat untuk turut mengantisipasi munculnya kembali penyakit dalam Pemilu di Indonesia, yakni politik identitas dan politik uang / MONEY POLITIC.
“Mari kita pilih pemimpin dan wakil rakyat yang berintegritas yang mempunyai kapasitas selaku pimpinan dan pimpinan yang yang bertanggung jawab terhadap masyarakat yang memilihnya,” tutupnya.
(Redaksi)
