Hubungan percintaan dan bahtera rumah tangga tidaklah sebahagia yang didambakan orang sebelumnya, putus dan cerai adalah resiko menjalani hubungan rumah tangga, dan percintaan. Namun ditulisan ini saya akan membahas hubungan asmara dengan gangguan kepribadian Narcissistic personality disorder (NPD)
Ditulisan sebelumnya saya sudah membahas apa itu NPD, ciri-cirinya dan pola-polanya, dan konten-konten di media sosial seperti Tiktok dan Youtube sudah banyak viral dibahas disana tentang gangguan kepribadian Narsistik.
Narsistik menjadi bahasan yang menarik, melihat gejala-gejala sosial dimasyarakat Indonesia di era digitalisasi ini. Perilaku gangguan kepribadian Narsistik bagai wujud Iblis Lucifer didunia nyata. Dengan sifat si NPD itu sama dengan perilaku Iblis Lucifer yang ada di kitab suci Alkitab dan ajaran Theologi Kristen.
Berikut ciri-cirinya:
- Membutuhkan pujian dan validasi yang konstan dari orang-orang di sekitarnya.
- Merasa dirinya paling baik di antara orang lain.
- Merasa dirinya istimewa dan hanya bersedia berteman dengan orang yang dirasa setara.
- Selalu mengkhayal tentang kecerdasan, kesuksesan, kecantikan, kekuasaan, dan pasangan yang sempurna.
- Mengharapkan perlakuan khusus dari orang lain.
- Menganggap orang iri dengannya atau merasa iri dengan orang lain.
- Sombong dan arogan.
- Sering memanfaatkan orang lain untuk keuntungan sendiri.
- Memiliki sedikit empati dan tidak peduli pada perasaan atau kondisi orang lain.
Pola perilakunya dengan berjalannya waktu sebagai berikut :
- Idealisasi
- Devaluasi
- Discard
- Hoovering
Perilaku Psikologinya dan yang dialami si korban sebagai berikut :
- Manipulasi Psikologi
- Love Bombing
- Gaslighting
- Denial
- Dark psychology
- Playing victim
- Silent treatment
- Perselingkuhan
- Trauma Bonding
Jadi sobat Fokus, saya tidak membahas defenisinya disini. Sebab itu sudah saya bahas diartikel sebelumnya, dibaca ya..! Saya disini ingin berbagi pengalaman bagaimana saya bisa masuk ke hubungan dengan orang yang saya duga NPD, saya sebut diduga, karena yang bisa mendiagnosa adalah ahlinya yaitu Dokter Psikolog dan Psikiater.
Dari ciri-ciri dan pola perilaku dan manipulatif diatas, persis sama dengan Lucifer yang ada di theologi Kristen. Kesombongannya, tidak mau minta maaf walaupun sudah terbukti bersalah, berbohongannya dan menyakitinya secara mental terhadap korbannya. Dia yang mengalami gangguan NPD tapi korbannya yang harus periksa ke Psikolog dan Psikiater. Sungguh mengerikan, sadis dan kejam makhluk yang satu ini.
Yesaya 14:12 berbunyi, “Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa!”.
Dirujuk dari ayat ini menggambarkan kejatuhan malaikat ke dalam dosa akibat kesombongan dan ingin sama dengan Allah. Malaikat ini yang kemudian dikenal sebagai Iblis, penguasa kerajaan angkasa, atau penghulu setan.
Karena sifat-sifat tersebut sangat melekat pada diri dan perilaku si NPD. Merasa agung paling hebat, sombong, paling benar, paling pantas, senang pujian dan tidak bisa dikritik, merendahkan, menghina, sering berubah dalam komitmen, playing viktim, pembohong, provokator, tukang selingkuh dan hal yang paling senangi yaitu bisa mengendalikan orang lain sesuai dengan kebutuhannya.
Orang lain adalah keset kaki bagi dia dianggap rendah dan pantas melayaninya, menghukumnya, dan lain-lain. Tapi perlu digaris bawahi hal ini tidak tampak kalau kita belum ada hubungan emosional dengan si NPD tersebut.
Semua tampak baik-baik saja jika dilihat orang-orang sekelilingnya karena hal itu jauh tersembunyi dibalik topengnya yang bersahaja, yang baik yang perhatian, yang penolong, dll.
Si NPD ini adalah pribadi yang rapuh yang bodoh dan lemah secara karakter, bisanya hanya mengcopy perilaku dan pemikiran orang lain. Pura-pura baik, pura-pura perhatian bahkan mengcopy gerak-gerik gestur tubuh dan kesenangan orang lain yang menjadi targetnya. Si NPD adalah manusia paling rendah harga dirinya karena tidak punya jati diri dan karakter diri. Makanya si NPD sering diibaratkan sebagai “Mental Anak Kecil Yang Terjebak Di Tubuh Orang Dewasa.”
Perilakunya sama dengan anak kecil, ingin dimanja, suka nakal, haus dipuji, tidak memahami perasaan orang lain karena tidak memiliki empati. Semakin diberi perhatian semakin bertingkah dan menginjak-injak harga diri orang lain.
Layaknya anak kecil, kala merajuk semakin dibujuk semakin menangis berguling-guling. Dikasih setia malah dia balas dengan penghianatan. Yang dia butuhkan adalah perhatian atau respon, emosi, panik, cemas, air mata, Suply akan diisolasi dari keluarga dan teman-temannya, seterusnya suplay akan takut selalu waswas kesenggol ego si NPD, namun hal itu dia terjemahkan sebagai perhatian dan tanda bahwa dia bisa mengendalikan korbannya.
Pasangannya diartikan bagaikan mainan bagi si mental anak kecil tersebut , jika hatinya menginginkan mainan baru, dia tidak peduli lagi dengan mainan lamanya.
Tapi biasanya si NPD tetap mengoleksi mainan lamanya sebagai Stok gudangnya, jika suatu saat ingin mainan lamanya itu maka si NPD akan balik dengan mainan lamanya tersebut (Hoovering).
Bayangkan, betapa hancurnya hidup anda menghadapi iblis Lucifer yang satu ini. Mentalmu akan hancur dihantui rasa cemas, panik dan takut setiap saat. Bahkan dirimu akan mempertanyakan kewarasanmu sendiri, Dan si NPD tidak dengan sengaja juga menanyakan kewarasanmu. Hilangnya konsentrasimu dan semangatmu, harga dirimu rapuh dan tercabik-cabik itu yang dia mau.
Seribu bukti dan data kamu berikan padanya tapi tidak bisa mengubah persepsi salah dan benar, baik dan buruk. Minta maaf kata yang menjijikkan dan HARAM baginya, intinya dia SELALU BENAR.
Bisa saja ada kalimat MINTA MAAF, tapi itu hanya didalam posisi terjepit, itu pun tidak dari ketulusan dihatinya. Pola itu akan terus berulang-ulang tapi mungkin saja hanya lebih beradaptasi, selanjutnya tetap saja menyakiti.
Orang normal bisa saja melakukan kenakalan seperti perselingkuhan, mabok, judi, dan banyak pacar. Tapi tidak seperti si NPD bisa melakukan pelecehan, merendahkan, menghina, membanding-bandingkan pasangannya dengan pasangan sebelumnya. Sebab orang normal dengan perselingkuhan saja, hal itu sudah dirasakan dan mengetahui bahwa hal itu sudah menyakiti hati orang lain atau pasangannya, orang normal akan meminimalisir menyakiti perasaan orang lain, karena orang normal memiliki rasa empati. Sedangkan si NPD tidak memiliki empati, tidak memiliki kedekatan emosional, tidak memiliki moral, tidak punya kejujuran dan tidak pernah merasa bersalah.
Respon emosional orang lain marah, penurut, takut, menangis dan cemas terhadap perilakunya adalah kepuasan tersendiri baginya, hal ini merupakan bahan bakar bagi egonya menunjukkan bahwa si Suplay masih bisa dikedalikannya, bahwa si Suplay masih tunduk kepadanya, sembari si NPD mencari mainan yang baru lagi.
Penderita NPD tidak memiliki cinta, sebab cintanya hanyalah untuk dirinya sendiri. Cinta diawal yang didapat darinya hanyalah sebuah cinta palsu dari tipuannya, terkadang membuat si Suplay kebingungan ingin mengembalikan cinta yang pernah dia alami dimasa awal. Namun wajah yang cantik atau ganteng dan perlakuan yang romantis yang penuh perhatian itu hanyalah fiktif dibalik topeng kepalsuannya.
Tidak sedikit orang menghabiskan masa hidupnya, energi hidupnya demi melayani atau berdampingan dengan si NPD atau pasangannya. Tapi apa yang mereka alami? Yaitu Perceraian, kehancuran kehidupan rumah tangganya, trauma bonding, hilangnya semangat hidup bahkan niat ingin bunuh diri, penderitaan yang berkepanjangan akan mengalami kehancuran ekonominya dan ditambah penghianatan bahkan mengalami penyakit fisik berupa penyakit struk, penyakit jantung, empedu bahkan penyakit menular seksual (PMS), dan penyakit lainnya.
Belajar dari pengalaman beberapa korban yang pernah hidup bersama NPD, diakui mereka bahwa hidup itu bagaikan misteri, sebab tidak sedikit orang mengatakan bahwa mereka selalu bertemu dengan orang yang demikian dan biasanya diawali dari keluarganya, bahkan ada juga ketika bertemunya dengan bagian dari keluarga si NPD, entah bapaknya, atau ibunya atau saudaranya.
Hidup berdampingan atau meninggalkan si NPD adalah pilihan, namun perlu kita ingat bahwa kita berhak bahagia, dihargai orang lain, maka saya memilih dan memutuskan untuk meninggalkan Lucifer. Saya tidak suka dengan hidup bertopeng yang penuh sandiwara.
Dalam menjalani kehidupan ini setiap orang berhak bahagia, dicintai, dihargai dan diapresiasi atas pencapaiannya. Dan jangan menggantungkan kebahagiaan diri kita pada orang lain maupun harta benda, karena sesungguhnya kebahagiaan itu ada di diri kita yang harus kita syukuri.
Tuhan itu bersemayam di hati jujur penuh cinta dan dijiwa yang waras. Jagalah mental sehat anda karena sesungguhnya itulah harta paling berharga yang dimiliki oleh setiap orang.
Harapan dari saya, semoga Pemerintah Indonesia berupaya untuk melakukan tindakan perhatian terkait masalah kesehatan mental rakyat Indonesia, sebab jikalau hal ini dibiarkan, maka masa depan Bangsa Indonesia akan sakit mental. Dan lebih parahnya lagi, jikalau pengidap gangguan kepribadian NPD ini sebagai pejabat publik atau pembuat keputusan dan kebijakan di Republik ini, maka masa depan bangsa ini berada diambang kehancuran.
Salam Waras..!
(Timbul Simanjuntak)