Scroll Untuk Baca Artikel
banner 468x60
banner 468x60
News MakerOpini

Ilmu yang Menghidupi: Seruan Menteri dan Kilau Prestasi Peneliti Undana

Avatar photo
1544
×

Ilmu yang Menghidupi: Seruan Menteri dan Kilau Prestasi Peneliti Undana

Sebarkan artikel ini

Dari balik podium di aula Universitas Nusa Cendana, Kupang, suara Prof. Brian Yuliarto menggema tajam, menyayat rutinitas akademik yang terlalu lama terkurung di ruang kuliah. Ia tak sekadar datang sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, tetapi sebagai penyulut bara semangat riset yang nyaris padam. “Bukan hanya mengajar,” katanya, “dosen harus meneliti. Harus berdampak.”

Kamis pagi, 18 April 2025, kampus tertua di Nusa Tenggara Timur itu menerima tamu negara. Prof. Brian Yuliarto datang membawa agenda berat: membangkitkan etos ilmiah di lingkungan Universitas Nusa Cendana (Undana). Di hadapan para dosen, ia menyampaikan ajakan untuk keluar dari zona nyaman pengajaran semata, dan mulai menapaki medan riset yang bisa memberi manfaat bukan hanya akademik, tetapi juga ekonomi.

banner 468x60

Mendiktisaintek mencontohkan bagaimana riset bisa menjadi sumber kekuatan. Ia menceritakan kisah seorang akademisi yang mengembangkan vaksin hingga menghasilkan kekayaan triliunan rupiah. Ia juga menyebut pengalamannya sendiri, yang rutin menerima Rp70 juta per bulan dari hasil penelitian yang bekerja sama dengan industri farmasi. “Itulah kekuatan pengetahuan yang diterjemahkan dalam inovasi,” katanya.

Baca Juga :  Peran Serta Perempuan Di Kementrian ATR/BPN Tanpa Batas Gender

Lebih dari sekadar motivasi, Brian menyoroti pentingnya membangun budaya apresiasi terhadap peneliti. Ia menyarankan agar dinding gedung rektorat Undana memajang foto-foto dosen yang berhasil menembus daftar ilmuwan paling berpengaruh dunia. “Mari kita rayakan para peneliti kita seperti kita merayakan rektor atau pejabat universitas,” ucapnya.

Pernyataan itu terasa bukan omong kosong belaka. Sebab, Undana kini memang punya alasan untuk berbangga. Salah satu dosennya, Prof. Dr. Yantus A.B. Neolaka, mencatat prestasi membanggakan sebagai bagian dari World’s Top 2 Percent Scientists 2024 versi Stanford University dan Elsevier. Dari ratusan ribu ilmuwan dunia yang disurvei, namanya muncul di posisi ke-51.

Baca Juga :  Elemen Kekerasan Terhadap Perempuan adalah Ketidaktahuan dan Keenganan Untuk Melawan

Prof. Yantus adalah dosen Program Studi Ilmu Kimia FKIP Undana. Ia menyumbangkan reputasi global bagi universitas negeri di timur Indonesia itu melalui konsistensi dalam publikasi ilmiah. “Saya bersyukur. Ini adalah bentuk kontribusi nyata dari dunia keilmuan yang saya geluti,” katanya. Pencapaian ini, menurutnya, bukan hanya milik pribadi, melainkan milik seluruh komunitas akademik Undana.

Riset-riset Prof. Yantus selama ini banyak membahas soal biokimia lingkungan dan pemanfaatan potensi hayati lokal. Dengan analisis sitasi dari database Scopus, nama Yantus dinilai memiliki pengaruh signifikan dalam perkembangan ilmu pengetahuan global. Ia menjadi satu dari hanya 150 ilmuwan asal Indonesia yang masuk daftar bergengsi tersebut.

Peringkat World’s Top 2 Percent Scientists sendiri bukan ajang penghargaan biasa. Stanford University dan Elsevier menetapkannya berdasarkan indikator ilmiah yang ketat: jumlah sitasi, indeks-H, dan kolaborasi akademik. Setiap tahun, hanya 100.000 peneliti dari jutaan nama di dunia yang terpilih. Prof. Yantus adalah wajah dari apa yang dikampanyekan Menteri Brian: bukti bahwa dari timur, bisa bersinar ke dunia.

Baca Juga :  Mengulas Sertifikat Pembodohan Masyarakat Oleh Timses 01 Satika-Sarlandy

Kini, bola ada di tangan Undana. Ajakan sang menteri dan prestasi Prof. Yantus menjadi momentum untuk menata ulang prioritas akademik kampus. Tidak lagi semata mengajar dan mengisi jam wajib, tetapi mencipta, meneliti, dan menyumbang pada peradaban. “Undana harus dikenal karena risetnya,” tegas Brian, “karena dari situ reputasi dan dampak tumbuh.”

Semangat itu mulai bergema di lorong-lorong kampus. Sejumlah dosen muda mulai bertanya tentang peluang riset kolaboratif dan skema pendanaan. Jika gelombang ini terus tumbuh, bukan tak mungkin dalam beberapa tahun mendatang, dinding gedung rektorat Undana benar-benar dipenuhi wajah-wajah peneliti kelas dunia. Bukan sebagai dekorasi, tetapi sebagai inspirasi.

(Kevin)

banner 468x60
banner 468x60
error: Content is protected !!