banner 468x60
ArtikelMalakaOpini

Elemen Kekerasan Terhadap Perempuan adalah Ketidaktahuan dan Keenganan Untuk Melawan

Avatar photo
3802
×

Elemen Kekerasan Terhadap Perempuan adalah Ketidaktahuan dan Keenganan Untuk Melawan

Sebarkan artikel ini

Topik: perempuan dalam masyarakat kelas

Oleh: Anima

banner 468x60

Malaka – FokusNews.com – Seringkali istilah perempuan yang alamiah diplesetkan, kemudian dijadikan sebagai acuan legal untuk menindas. Padahal, perempuan adalah istilah untuk jenis kelamin dengan ciri ciri alamiah sebagai berikut, perempuan secara kodrati mengalami menstruasi, mengandung, melahirkan dan menyusui.

Problematika yang tak mendasar pada landasan historis tersebutlah yang selama ini jadi acuan. Perempuan dipersepsikan sebagai warga kelas dua berdasarkan jenis kelamin. Pikiran pikiran demikian terus mengalami perkembangan, terutama di dalam masyarakat berkelas.

Perlakuan perlakuan diskriminatif seringkali dialami. Perempuan dijadikan objek eksploitasi untuk memperoleh keuntungan, sekaligus dilecehkan. Protes masyarakat adat Makasar terhadap pengacara kondang Hotman Paris Hutapea yang mendirikan tempat hiburan yang diduga akan menempatkan perempuan sebagai objek dagangan. Pelecehan terhadap seorang guru perempuan yang dilakukan oleh kepala sekolah, dan lain sebagainya.

Akar masalah bagi perempuan bermula dari keadaan tergambar diatas, akan terus terjadi dan berdialektika, bila perempuan tak melawan. Bagi kaum marxis, akar masalah dari segala bentuk penindasan terdiri dalam pembagian masyarakat ke dalam kelas-kelas. Tapi, penindasan dapat mengambil banyak bentuk yakni selain penindasan kelas, kita menemukan penindasan terhadap perempuan.

Baca Juga :  Bully Yang Mematikan, Ucapan Adalah Doa

Bahwa penindasan terhadap perempuan adalah akibat sistem produksi, memiliki relasi dengan cara manusia memenuhi kebutuhan. Selain itu, dilakukan oleh kerabat/keluarga dalam lingkungan budaya. Seringkali perempuan tak memiliki hak bicara maupun mengambil keputusan dalam forum-forum adat.

Padahal dalam sejarah umat manusia, perempuan dan laki-laki pernah terlibat dalam proses produksi. Perempuan dan laki-laki menjadi kekuatan produksi dengan prinsip saling menguntungkan, menopang dan menghargai. Jadi, apa yang dialami perempuan hari ini, dalam masyarakat kelas, adalah bagian dari rekayasa historis.

Ambil contoh kehidupan perempuan di kabupaten yang masih kental dengan pemikiran feodalismenya, perempuan selalu dipersepsikan hanya pada urusan kasur, dapur dan pembatasan hak sosial. Bahkan dalam kerja pun perempuan seringkali dipandang sebagai elemen terbelakang.

Perempuan yang jadi korban tipu muslihat, tak memperoleh perlindungan dari para feodal yang sering menggunakan jargon jargon feodalisme menjelang perhelatan politik. Tenggoklah kondisi perempuan yang bekerja di toko maupun pabrik. Bekerja dengan jam kerja yang panjang dan penghasilan rendah. Mereka jadi korban eksploitasi modal. Disini kita menemukan bahwa antara feodalisme dan kapitalisme memiliki kesamaan yakni menghisap dan menindas. Ciri khas masyarakat berkelas.

Baca Juga :  Bupati Taput Berikan Penghargaan Bagi Juara Situmandi National Open Rafting Competition 2023

Realita menunjukkan adanya teori dual system yakni, bahwa penindasan terhadap perempuan tidak hanya disebabkan oleh kapitalisme, tapi juga oleh feodalisme dengan pemikiran patriarkinya. Pemikiran pemikiran alternatif adalah corong, jalan satu satunya menumbuhkan kesadaran perempuan, supaya mencapai titik pemahaman untuk melawan.

Teori maupun metode untuk menguliti asal muasal penindasan terhadap perempuan adalah referensi yang wajib diletakkan sebagai basis menguliti kapitalisme dan feodalisme. Menguliti struktur masyarakat kelas yang menindas. Bila merujuk pada prinsip metodologis yang disusun oleh Godelier dalam membaca strukturalisme marxis, maka diperlukan penyelidikan ilmiah untuk mengungkap objek tersembunyi di dalam struktur tersebut. Oleh Gimenez bahwa, jika patriarki tidak disebutkan secara tersurat dalam materialisme sejarah, maka patriarki merupakan objek yang tersembunyi, sehingga tugas perempuan adalah mengungkapnya.

Baca Juga :  Mengenang Perjuangan Arist Merdeka Sirait Terhadap Anak Untuk Memperoleh Keadilan

Sementara itu, menurut Anima, bahwa di kabupaten-kabupaten, perempuan berada dalam tekanan feodalisme dan prakapitalisme. Pemikiran Anima memiliki kemiripan dengan teoritikus feminis proletar yang berasal dari India. Anuradha Ghandy memiliki pemikiran bahwa, semua kaum wanita di India dibawah tekanan feodalisme, kapitalis, imperialis dan patriarkhal. Kemiripan pandangan keduanya tentu dilandaskan oleh adanya kesamaan karakteristik ekonomi masyarakatnya. Atau dalam bahasanya Marx corak produksi.

Perlawanan perempuan harus diletakkan sebagai perlawanan atas dasar merubah struktur masyarakat kelas. Marx meramalkan kapitalisme akan hancur akibat overproduksi, sedangkan Lenin menambahkan unsur yang mempercepat kehancuran kapitalisme adalah adanya partai revolusioner.

Pembebasan perempuan dari penindasan adalah hasil dari pembentukan organisasi perempuan yang revolusioner, menjerumuskan diri dalam setiap perlawanan merombak struktur kekuasaan kelas.

banner 468x60
error: Content is protected !!