TAPUT – Sekitar pukul 12.00 WIB siang tadi, Masyarakat Adat dari empat komunitas di Huta Napa berhasil mengusir aktivitas PT. Toba Pulp Lestari (TPL) dari wilayah adat mereka. Sebanyak 14 unit alat berat yang digunakan untuk membuat lubang tanam Eukaliptus dan 1 unit truk yang mengangkut karyawan perusahaan yang sedang melakukan penanaman dipaksa meninggalkan lokasi.(10-02-2024)
Masyarakat adat kecamatan Sipahutar yang terdiri dari 4 Komunitas masyarakat adat yaitu Keturunan Opppu Ronggur, keturunan Oppu Bolus, Sigala-gala Lobunauli Desa Sabungannihuta IV, dan Tampubolon sangat serius mempertahankan tanah leluhur mereka agar lepas dari sentuhan pihak PT. TPL.
” Satu jengkal pun kami tidak mundur untuk memperjuangkan tanah leluhur kami, bagi kami tidak ada negoasiasi. Ya PT. TPL harus mundur,” tegas Pariang Simanjuntak salah satu ketua Komunitas adat mewakili keturunan Oppu Ronggur.
Sekitar 30 menit kemudian, humas dari PT TPL masuk ke lapangan untuk bernegosiasi dengan masyarakat. Namun, tawaran tersebut ditolak. Masyarakat menegaskan bahwa mereka tidak membutuhkan negosiasi, melainkan tanah mereka, dan mengusir rombongan humas PT. TPL dari lokasi.
Hingga pukul 17.00 WIB, masyarakat tetap berjaga di dua titik akses masuk perusahaan untuk memastikan tidak ada aktifitas lanjutan dari PT TPL di wilayah adat.
Pariang Simanjuntak juga menyatakan bahwa mereka sudah menggantungkan memenuhi kebutuhan keluarganya dari hasil lahan pertania yang dikerjakannya.
“Harapan kami komunitas Masyarakat Adat, kiranya pemerintah pusat memperdulikan perjuangan-perjuangan masyarakat adat dan segera menutup segala aktivitas PT. TPL didaerah Tanah Batak.” sambung Pariang.
Menurut beberapa warga Sipahutar bahwa dengan kehadiran PT. TPL di kecamatan Sipahutar sangat berdampak buruk bagi pertanian diwilayah kecamatan Sipahutar.
” Apa sih dampaknya TPL kepada masyarakat? Tidak ada..! TPL itu merusak ekosistem hutan kita dengan perambahan hutan secara besar-besaran. Makanya petani sekarang pusing menghadapi hama Monyet, karena habitat mereka sudah dirusak oleh TPL.” jelas satu Warga Sipahutar.
Menindak lanjuti hal tersebut, Fokus News mencoba menghubungi Pangeran Marpaung sebagai Humas PT. TPL terkait upaya untuk Penanaman Paksa lahan yang sudah diusahai dan dikuasai masyarakat. Namun hingga berita ini diterbitkan, Pangeran Marpaung belum memberikan tanggakan.
Mendukung program Pemerintah Pusat terkait Indonesia harus menjadi Lumbung Pangan, dan tetap mempertahankan ketersediaan pangan. Maka harapan masyarakat Komunitas Adat Kecamatan Sipahutar agar sekiranya pemerintah mempedulikan perjuangan atas lahan yang mereka sudah diusahai dan juga pembebasan lahan yang dikuasai oleh PT. TPL demi meminimalisir konflik dimasyarakat.
(Timbul Simanjuntak)