Oleh: Ridho Seran
Jurnalis: FokusNews
Segenap umat kristiani di seluruh dunia telah merayakan Paskah. Namun, perlu diketahui Istilah ‘paskah’ berasal dari kata bahasa Ibrani Pesakh, yang arti harafiahnya adalah “lewat atau Tuhan lewat” (Kel. 12: 13b). Kitab Keluaran melukiskan: “Sebab pada malam ini Aku akan menjalani tanah Mesir, dan semua anak sulung, dari anak manusia sampai anak binatang, akan Ku bunuh, dan kepada semua allah di Mesir akan Ku jatuhkan hukuman, Akulah, TUHAN. Dan darah itu menjadi tanda bagimu pada rumah-rumah di mana kamu tinggal: Apabila Aku melihat darah itu, maka Aku akan lewat dari pada kamu. Jadi tidak akan ada tulah kemusnahan di tengah-tengah kamu, apabila Aku menghukum tanah Mesir. Hari ini akan menjadi hari peringatan bagimu. Kamu harus merayakannya sebagai hari raya bagi TUHAN turun-temurun. Kamu harus merayakannya sebagai ketetapan untuk selamanya (Kel. 12:12-14).”
Hari paskah diperingati sebagai kenangan hari “kebangkitan” Yesus Kristus. Bahwa dengan kematian-Nya di kayu salib, Yesus Sang Mesias, telah “melewati” kutuk dosa, yaitu kematian kekal yang seharusnya dijalani oleh setiap manusia berdosa.
Dari atas salib, Yesus mengampuni mereka yang menggiringNya ke tempat itu. “Bapa, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan (Lukas 23:34).” Kemenangan Yesus bukan kemenangan balas dendam, melainkan kemenangan cinta kasih. Mereka yang memusuhi-Nya pun dirangkul-Nya.
Karena itu kita belajar bahwa kemenangan sesungguhnya bukan balas dendam atau menyakiti orang lain dengan kata-kata, perbuatan, dan sikap egois. Sebab, Kemenangan paskah adalah kemenangan kebaikan hati terhadap kebencian, kemenangan pengampunan terhadap balas dendam, kemenangan hati yang baik terhadap hati yang keras. Dalam kemenangan paskah, mereka yang sesat hatinya pun dirangkul dan dicintai.
Dasar yang tak terbantahkan di atas kisah kemenangan ini adalah cinta Allah. Allah sendiri diyakini umat kristiani sebagai cinta itu sendiri. Di hadapan Allah, segala-galanya dapat “menjadi baik” karena Allah adalah cinta kasih.
Pada saat malam Paskah atau Sabtu Suci, kita merayakan ritus yang mengharukan dari pencahayaan lilin Paskah. Diambil dari “api baru,” cahaya ini perlahan-lahan menghalau kegelapan dan menerangi para umat. “Semoga cahaya Kristus yang bangkit dalam kemuliaan menghalau kegelapan hati dan pikiran kita,”
Dalam suasana syukur dan sukacita Paskah, kita semua diajak sebagai Tubuh Kristus untuk mewujudnyatakan dengan merendahkan diri di hadapan Allah dan membuka diri untuk menerima karya pendamaian Allah. Menjadikan gereja sebagai persekutuan yang saling mendengar, saling mengampuni, dan saling menyembuhkan agar kita mampu memenuhi panggilan kita secara optimal sebagai pelayan pendamaian di tengah masyarakat; berperan aktif sebagai pelayan pendamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia dengan mendukung upaya-upaya penegakan kebenaran, hukum, dan keadilan serta mengembangkan sikap hidup saling menghargai di tengah konteks masyarakat Indonesia yang majemuk, sehingga dialog yang jujur dan terbuka dapat mendukung tercapainya kerukunan antar kelompok yang berbeda.
Sebagai akhir, saya mengajak kita untuk hidup di dalam Kristus yang bangkit, sebab di dalam Dia ada kasih yang tak pernah berakhir. Yesuslah yang melahirkan persaudaraan semesta yang berlandaskan cinta, di mana setiap manusia merupakan saudara