Scroll Untuk Baca Artikel
banner 468x60
banner 468x60
Prov Nusa Tenggara Timur

Hijau dari Timur : Kelor NTT Tembus Qatar

Avatar photo
424
×

Hijau dari Timur : Kelor NTT Tembus Qatar

Sebarkan artikel ini

NTT – Dari ladang-ladang gersang di Nusa Tenggara Timur, kelor kini menjelma emas hijau. Ekspor ke Qatar jadi penanda kebangkitan ekonomi dari wilayah yang dulu dianggap terbelakang.

Di tengah tantangan global berupa perang tarif dan perlambatan ekonomi, angin segar justru datang dari ujung timur Indonesia. Senin (21/4) sore, Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie, didampingi Ketua Kadin NTT, Bobby Lianto, dan Kepala Bank Indonesia Perwakilan NTT, Agus Sistyo Widjajati, secara simbolis melepas ekspor kelor NTT ke Qatar.

banner 468x60

Dengan pengguntingan pita, satu kontainer berukuran 20 feet berisi teh kelor, biskuit kelor, dan biskuit sorgum diberangkatkan menuju Pelabuhan Tenau Kupang. Ini bukan ekspor sembarangan. Produk-produk yang dikirim merupakan hasil karya UMKM lokal yang telah melewati proses kurasi ketat dan penguatan kapasitas produksi oleh berbagai pihak.

Ekspor ke Qatar kali ini menjadi yang kelima sejak 2019. Negara-negara tujuan sebelumnya mencakup Uni Emirat Arab, Australia, Singapura, hingga Timor Leste. Nilai total ekspor selama lima kali pengiriman telah mencapai sekitar US$30.000. Jumlah ini memang belum spektakuler, namun maknanya jauh lebih dalam.

Baca Juga :  Babinsa Kodim 1621/TTS, Mengikuti Vicon Training Of Trainers (TOT) Dalam Rangka Antisipasi Darurat Pangan Nasional

“Di tengah perang dagang global, kami memanfaatkan peluang. Produk kelor ini adalah simbol kebangkitan UMKM NTT yang berorientasi ekspor,” kata Anindya Bakrie. Menurutnya, La Moringa—UMKM pelopor produk kelor ini—menjadi contoh sukses dari sinergi antara swasta, pemerintah, dan petani lokal.

Bobby Lianto, Ketua Kadin NTT, menambahkan bahwa kolaborasi ini tak sekadar bisnis, tetapi juga misi sosial. “Kita sedang membangun ekosistem kelor dari hulu ke hilir. Petani, pengusaha, dan pasar luar negeri semua saling terhubung,” ujarnya. Ia menyebut kelor sebagai “tanaman masa depan” untuk NTT.

Kepala BI Perwakilan NTT, Agus Sistyo Widjajati, memperkuat narasi tersebut. Menurutnya, BI aktif melakukan pembinaan dan pendampingan kepada petani kelor di berbagai kabupaten di NTT. “Kami pastikan bahan baku tersedia secara berkelanjutan dan berkualitas, agar ekspor tidak hanya sekali-sekali, tapi rutin,” katanya.

Baca Juga :  Anggota Koramil 1621-02/Abanteng Bersama Warga Desa Enonapi Laksanakan Gotong Royong Pengecoran Jalan Rabat Beton

Langkah konkret pun dilakukan. Pada momen pelepasan ekspor itu, ditandatangani nota kesepahaman antara UMKM La Moringa dan kelompok petani kelor binaan BI. Perjanjian itu memastikan suplai bahan baku dilakukan secara berkala dan terstandarisasi. La Moringa akan bertindak sebagai off taker, membuka pasar, sekaligus menjaga kualitas.

Andre Hartanto, pendiri La Moringa, menyebut permintaan kelor dunia saat ini melonjak. “Pasar internasional sangat menghargai kelor dari Indonesia, khususnya NTT, karena ditanam secara organik dan punya kandungan gizi tinggi,” ujarnya. Ia bahkan membuka peluang bagi UMKM lain di NTT untuk ikut bergabung dalam jaringan ekspor.

Kelor memang bukan tanaman baru. Tapi baru kali ini ia mendapat panggung sebesar ini. Dikenal sebagai “miracle tree”, daun kelor mengandung zat besi, vitamin C, dan antioksidan tinggi. Kelor juga tahan terhadap kekeringan, menjadikannya cocok ditanam di lahan-lahan marginal khas NTT.

Baca Juga :  Tidak Ingin Berdamai, Nenek Petronela Tilis Minta Penyidik Proses Laporannya hingga Mendapatkan Kepastian Hukum

Dari perspektif geopolitik, ekspor kelor ke Qatar—negara kaya di Teluk—menandai pergeseran posisi NTT. Wilayah ini tak lagi hanya menjadi kantong kemiskinan, tapi juga pemasok komoditas bernilai tinggi ke panggung global. Narasi pembangunan pun berbalik arah: dari Jawa-sentris ke timur-sentris.

Tak hanya itu, model bisnis kelor juga membawa inspirasi. Ia melibatkan banyak pihak, mendorong pertanian inklusif, dan mengedepankan keberlanjutan. Jika kelor bisa, mengapa komoditas lain tidak? Di sinilah letak harapan yang lebih besar dari sekadar nilai ekspor.

Anindya menegaskan bahwa Kadin akan terus mendorong ekspor produk lokal dari daerah-daerah. “Kita sedang menyusun ulang peta ekonomi Indonesia. Dan NTT adalah salah satu simpul strategis masa depan,” pungkasnya. Kelor dari timur pun berlayar, membawa mimpi besar dalam kemasan kecil berwarna hijau.

(Kevin)

banner 468x60
banner 468x60
error: Content is protected !!