Kehadiran PT. Toba Pulp Lestari (TPL) di Kecamatan Sipahutar menjadi babak baru dalam narasi pembangunan daerah. Perusahaan yang bergerak di sektor industri kehutanan ini membawa janji investasi, lapangan kerja, dan infrastruktur. Namun, di balik janji-janji itu, muncul realita lain yang tak bisa diabaikan: kerusakan jalan , degradasi lingkungan , dan polarisasi sosial di tengah masyarakat.
Sebagai kader muda yang dibentuk dalam semangat pelayanan tumbuh dalam masyarakat dan berakar didalam gereja serta keadilan sosial, saya ingin mengajak kita semua terutama generasi muda dan pemangku kebijakan lokal untuk menimbang ulang sejauh mana kehadiran korporasi besar ini benar-benar berdampak bagi rakyat Kecamatan Sipahutar terkhusus Desa Yang berhubungan langsung dengan PT. TPL .
๐๐ฎ๐ป๐ท๐ถ ๐๐ป๐๐ฒ๐๐๐ฎ๐๐ถ, ๐ง๐ฎ๐ฝ๐ถ ๐ฆ๐ถ๐ฎ๐ฝ๐ฎ ๐๐ฎ๐ป๐ด ๐๐ถ๐๐ป๐๐๐ป๐ด๐ธ๐ฎ๐ป?
Benar bahwa TPL membuka lapangan pekerjaan, namun mayoritas posisi itu bersifat kontrak, buruh kasar, dan minim jaminan kesejahteraan. Sementara itu, keuntungan utama justru mengalir ke luar daerah. Ekonomi lokal nyaris tidak tumbuh signifikan, apalagi jika dibandingkan dengan dampak yang ditimbulkan.
Suatu ironi yang nyata: jalan Lapen Aek Napa Desa Sabungan Nihuta IV yang dilewati truk-truk logistik perusahaan rusak parah bahkan mereka “TPL” Sukses Merubah Jalan Lapen menjadi Perkerasan. Patut kita Duga Pencemaran Sumber Mata Air PDAM Mual Natio Sipahutar dimana Hulu Sungai ditanami pohon Ecaliptus yang sangat rentan dengan pemakaian kimia dan Racun Pestisida . namun, jarang ada tanggung jawab langsung dari TPL untuk memperbaikinya secara berkelanjutan.
๐๐ป๐ฐ๐ฎ๐บ๐ฎ๐ป ๐๐ฒ๐ฟ๐ต๐ฎ๐ฑ๐ฎ๐ฝ ๐๐ฒ๐ฑ๐ฎ๐๐น๐ฎ๐๐ฎ๐ป ๐ฃ๐ฒ๐ฟ๐๐ฎ๐ป๐ถ๐ฎ๐ป ๐ฑ๐ฎ๐ป ๐๐๐ฑ๐ฎ๐๐ฎ
Kecamatan Sipahutar bukan hanya wilayah administratif. Ia adalah tanah leluhur, pusat kebun kopi, penghasil kemenyan, penghasil nenas, penghasil beras dan identitas kultural yang hidup melalui tanah. Lahan-lahan produktif rakyat kini makin terdesak oleh ekspansi Eucalyptus tanaman industri yang rakus air dan bersifat monokultur.
Konflik lahan antara masyarakat adat dan perusahaan terus terjadi. Nilai gotong royong dan solidaritas kini diuji, karena sebagian warga memilih diam atau bekerja sama, sementara yang lain berdiri di barisan penolakan.
๐ฃ๐ฒ๐บ๐ฒ๐ฟ๐ถ๐ป๐๐ฎ๐ต ๐๐ฎ๐ป๐ด๐ฎ๐ป ๐๐๐ฐ๐ถ ๐ง๐ฎ๐ป๐ด๐ฎ๐ป
Pemerintah daerah tidak boleh hanya menjadi penonton atau perantara kepentingan korporasi. Perlu ada keberanian untuk mengkaji ulang izin konsesi, mengevaluasi realisasi CSR, dan memaksa TPL duduk satu meja bersama masyarakat dalam forum terbuka.
Jika tidak, yang terjadi hanyalah ketimpangan struktural yang dibiarkan berakar.
๐๐๐ ๐๐ ๐๐ฒ๐ฟ๐ฑ๐ถ๐ฟ๐ถ ๐๐ป๐๐๐ธ ๐๐ฒ๐ฎ๐ฑ๐ถ๐น๐ฎ๐ป ๐ฆ๐ผ๐๐ถ๐ฎ๐น
Sebagai organisasi kepemudaan yang lahir dari rahim gereja dan bertumbuh dalam semangat nasionalisme, Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia ( GAMKI ) Sipahutar akan selalu berpihak pada rakyat. Kami bukan anti-investasi, tapi kami menolak eksploitasi yang mengatasnamakan pembangunan, tapi justru memiskinkan rakyat dan memecah belah masyarakat atau sering disebut komunitas adat.
Kita butuh model pembangunan yang berkeadilan ekologis, transparan secara ekonomi, dan menghormati hak-hak budaya lokal.
Saat ini, di Kecamatan Sipahutar, kita sedang berada di persimpangan. Kita bisa memilih untuk diam dan membiarkan โ๐ฝ๐ฒ๐บ๐ฏ๐ฎ๐ป๐ด๐๐ป๐ฎ๐ปโ berjalan tanpa arah, atau kita bisa bersuara dan menjadi bagian dari generasi yang memperjuangkan hak rakyatnya.
Karena seperti kata pepatah: Kalau kita membiarkan satu pohon tumbang demi satu kepentingan, kelak kita akan kehilangan hutan, dan bersama identitas kita.
Haposan Simanjuntak
Ketua PAC GAMKI Sipahutar