Toba – Boston Siahaan, pimpinan rombongan pekerja PT Toba Pulp Lestari (TPL), menjadi salah satu korban dalam insiden kericuhan yang terjadi di Dusun Na Tinggir, Desa Simare, Kecamatan Borbor, Kabupaten Toba, pada Kamis (7/8/2025). Boston diketahui merupakan mitra TPL yang bertugas melakukan penanaman eucalyptus di area konsesi perusahaan.
Saat ditemui dan dikonfirmasi pada Jumat (8/8/2025), Boston mengungkapkan bahwa kaca depan mobil yang ia tumpangi hancur akibat aksi sekelompok warga, yang jumlahnya diperkirakan mencapai tiga puluhan orang, di dusun tersebut.
Ia menceritakan, pagi itu dirinya bersama tim tengah bersiap menjalankan pekerjaan seperti biasa, yakni menanam eucalyptus sebagai bahan baku utama perusahaan.
“Kami awalnya bekerja di Compartment D139, lalu diusir warga dan tidak diperbolehkan melanjutkan pekerjaan. Kami kembali ke kantor, dan mendapat arahan untuk pindah ke lokasi lain di C111. Namun, saat dalam perjalanan menuju ke sana, di persimpangan jalan kami dihadang dan jalan dipalang oleh warga,” tutur Boston.
Untuk menghindari bentrokan, Boston dan tim memilih mundur. Pihak keamanan (security) kemudian datang menjemput tiga anggota tim tersebut. Namun, warga tetap menutup jalan dan tidak mengizinkan kendaraan lewat.
“Saat itulah situasi memanas. Warga menyiramkan bensin ke arah mobil sambil mencoba menyalakan api, meski tidak mengenai kendaraan security. Mobil security langsung melaju menuju Desa Natumingka. Kami mundur perlahan, tapi warga mulai melempari batu hingga kaca depan mobil kami pecah,” lanjutnya.
Insiden tak berhenti di situ. Sopir dan asisten yang berada di mobil lain menjadi sasaran amukan massa, dipukul menggunakan balok kayu dan batu. Menurut Boston, beberapa orang di kerumunan bahkan terlihat membawa parang.
“Saya tidak tahu untuk apa mereka membawa parang, tetapi salah satu anggota security sampai terluka di bagian kepala akibat sabetan,” ujarnya.
Kericuhan baru mereda setelah Boston dan tim mundur lebih jauh. Ironisnya, salah seorang tokoh masyarakat yang berusaha menenangkan situasi justru terkena pukulan dan lemparan batu dari massa. Padahal, tokoh tersebut mencoba mengajak warga berdialog agar tidak terjadi kekerasan.
Dari pengamatan sejumlah warga, aksi di Dusun Na Tinggir kerap didampingi oleh LSM Aman dan KSPPM. Namun, para pekerja merasa heran mengapa kedua LSM itu tidak mencegah aksi anarkis, padahal berada di barisan terdepan.
Para pekerja berharap kondisi di desa kembali kondusif seperti sebelumnya, tanpa provokasi dari pihak luar. Mereka menilai situasi menjadi berbeda sejak kehadiran dua LSM tersebut. Hingga berita ini diturunkan, kedua LSM belum memberikan tanggapan atas pernyataan para pekerja. (Red.toba/BN)