banner 468x60
Artikel

Part 1. Antara Lelaki Gila, Cinta, dan Kopi

Avatar photo
3089
×

Part 1. Antara Lelaki Gila, Cinta, dan Kopi

Sebarkan artikel ini
  • Cinta sejati adalah sesuatu yang nyata, dan api yang menjadi bahan bakarnya akan menyala selamanya, tanpa sebuah awalan dan tanpa sebuah akhiran…. Api cinta sejati yang menyala di jiwanya bagaikan obor yang terus menyala hingga akhir hayatnya.”

Seorang lelaki yang berkulit sawo matang menikmati senja yang sebentar lagi akan ditelan malam dengan rakus. Ia berjalan ke sana, kemari, mencari cinta yang telah lama ia pinta dalam doanya.

Lelaki itu merasa tampan jika menjadi diri sendiri, ketika meniru gaya orang lain, dia sadar, bahwa itu bukan dirinya. Baginya, keaslian diri adalah segalanya. Lelaki itu memang tampan, terlihat seram jika ia marah. Meski begitu, hatinya sungguh mulia, hatinya seperti dirancang khusus oleh Sang Pencipta.

banner 468x60

Teman-temannya sering mengatakan, “kau adalah lelaki tampan, seram, tapi kami tak bisa menipumu, kalau kau memiliki hati seperti Malaikat yang Tuhan titipkan kepada kami. Lelaki itu selalu tersenyum manis ketika mendapatkan pujian maupun hinaan dari orang-orang yang muak dengan perilakunya yang pengecut.

Lelaki itu adalah pengecut bagi orang yg ingin memanfaatkannya, namun ketampanannya mampu mencairkan hati yang beku, mengikat hati para gadis. Dia menjadi bahan fantasi para sebagian besar wanita. Bahkan, ada lelaki yang mengaguminya karena ketampanannya, kecerdasannya, dan sifat cool yang ia miliki. Ia juga dikenal sebagai lelaki yang rendah hati, namun sangat keras menuntut keadilan.

Lelaki itu berbadan kurus namun berotot, memiliki rambut yang kadang tipis, kadang gimbal, kumis tipis, jenggot yang halus, dan tinggi badannya 168 CM. Hatinya begitu kuat, meski banyak yang ingin mematahkan hatinya, selalu saja gagal. Namun hatinya akan rapuh dalam urusan cinta. Ya, Cinta, sebuah kata yang menggetarkan jiwa, dan perasaan yang mendalam dan kuat yang membuat kita merasa terhubung secara emosional dengan seseorang. Cinta juga merupakan panggilan jiwa yang membawa kebahagiaan, kegembiraan, dan keintiman dalam hubungan.

Ya…. Benar!!! Hanya cinta yang mampu mematahkan hatinya dan hanya cinta yang mampu pecahkan tangis dari lelaki itu. Jika ada orang yang mengamatinya secara diam-diam, lelaki itu seperti orang gila. Terkadang, ia seperti kerasukan roh jahat, sebab cintanya melibatkan dorongan romantis yang membuat hati berdebar dan perasaan meluap-luap

Baca Juga :  Bully Yang Mematikan, Ucapan Adalah Doa

Lelaki gila itu selalu mengisi kekosongannya dengan membaca buku dan menulis. Namun, mirisnya saat ia sedang menulis, ketika sudah tidak mendapatkan ide, semua buku, handphone, atau apa pun yang ada di atas mejanya akan ia hancurkan atas nama ide gila, kecuali bungkusan rokok dan kopi hitamnya, sebab candu pada rokok dan kopi telah menguasainya.

Lelaki itu seorang pecinta kopi, bahkan lebih dari itu. Dalam sehari, ia habiskan tujuh sampai delapan gelas kopi dengan dua bungkus rokok Sarutu kesukaannya. Ia sering mengatakan “Kopi adalah candu”.
Entah apa maksudnya.

Setiap kali ufuk barat menangkap matahari, Ia berjalan mengitari keramaian kota. Ia berjalan perlahan dengan penuh rasa percaya diri, menengok ke kiri dan ke kanan untuk melihat para pecandu kopi yang sedang menunggu kopinya hangat untuk diteguk. Ada yang memanggilnya, ada pun yang membiarkannya. Anehnya lelaki itu, ia tak pernah menghiraukan mereka yang memangilnya untuk singgah. Namun ia akan singgah pada mereka yang tak menyapanya, dan meneguk kopi orang-orang itu tanpa permisi, mengisap rokok dan menelan asapnya dalam-dalam, dengan spontan ia mengatakan “Nikmat” tanpa rasa malu.

Orang-orang itu terheran dan penasaran melihat sikap tidak sopan dari lelaki itu. Namun, wajahnya yang seram dan ketampanannya mampu membayar rasa heran dan rasa penasaran mereka.

Lelaki itu memang tampan, bagaikan Romeo tapi gila seperti Majnun
Ketika ia berjalan datang, lelaki itu terlihat seperti mentari yang bersinar di Ufuk Timur. Ia berjalan perlahan, namun penuh percaya diri, seperti mentari terbit di pagi hari tanpa tahu diri

Lelaki itu gila dalam kewarasannya. Terkadang, ia tersenyum sendiri, menangis sendiri, berteriak seperti kerasukan roh jahat kelas atas di dalam kamarnya yang sembrono, namun harum aroma kamar itu bagaikan segudang minyak wangi yang tumpah di kamar itu. Penampilannya tidak serapi artis India, Syahrukan misalnya. Akan tetapi wanginya mengalahkan semua artis yang ada di bawah langit nan biru.

Orang-orang menyebutnya lelaki gila yang tampan, cerdas, dan pintar. Ia benar-benar gila. Dalam melakukan sesuatu, atau mengambil keputusan maupun dalam urusan cinta. Apa yang ia putuskan, akan ia pertanggungjawabkan, meski orang-orang melihatnya gila dan mendengarnya sinting.

Baca Juga :  Heboh,, Kaesang Putra Bungsu Presiden Jokowi Dikabarkan Bergabung Dengan PSI

Dalam urusan cinta, ia dikenal lelaki setia. Ada banyak wanita yang mengatakan, bahwa “Lelaki itu Playboy”. Namun, nyatanya?
Lelaki itu meski seram namun terlihat tampan dengan rambutnya yang gimbal dan bibirnya yang merah, tapi dalam urusan cinta lelaki itu sangat bodoh. Teman-temannya selalu mengatakan bodoh terhadap lelaki itu. Kata mereka, “Kau sangat bodoh dalam hal percintaan”. Apa katanya? Ia memandang mereka sembari tersenyum dan mengatakan, “Saya lebih memilih disakiti daripada menyakiti. Sebab, saya pernah disakiti, dan rasa sakit yang saya rasa, jangan sampai dirasakan oleh seorang wanita yang dari rahimnya kehidupan itu tercipta”.

Dokumen Istimewa Penulis, Ridho Seran

Oh, rupanya ia belajar dari pengalaman yang menyakitkan”. Kata seorang teman yang tengah mengambil rokok dalam sakunya. Sedangkan temannya yang lain, kini sedang mengisap rokok sambil memikirkan sifat paradoks yang dimiliki oleh lelaki itu.

Lelaki itu memang gila, namun bukan berarti ia mencintai para perempuan gila, yang sering memamerkan body seksinya, wanita seperti itu bukan salera dari lelaki itu. Cintanya hanya tumbuh dan mekar dengan wanita yang rendah hati, sopan,dan taat pada ajaran Agama.

Meski mulut manis lelaki itu selalu ada kata Tuhan, namun ia tidak taat pada ajaran agama. Akan tetapi, prinsipnya tetap “Takut akan Tuhan adalah awal lebijaksanaan”. Perilakunya unik dan lucu, orang-orang sering tertawa melihat sifatnya yang paradoks.

Ia memang selalu bersikap paradoks, namun ia tidak seperti Majnun yang rela hidup di hutan luas karena tak menggenggam jari kekasihnya, Layla

Pada suatu ketika, kesunyian datang menghampiri bagaikan hantu. Lelaki itu mencoba membunuh kesunyian itu dengan kembali melihat buku-buku yang berjejeran di rak buku yang telah usang. Mata indahnya melihat sebuah buku yang berjudul, “Layla & Majnun” dan mengambilnya terpisah dari buku-buku yang lain.

Ia tak lagi memikirkan nasib buku-buku lainnya yang kini berserakan, sebab ia terlihat seperti buku itu mampu membayar rasa penasarannya. Ia sangat fokus ketika membaca buku itu. Wajahnya yg seram, kini terlihat tampan saat ia tersenyum melebarkan bibir merahnya. Mungkin saja kisah Majnun yang rela hidup di hutan luas demi cinta, itulah yang menumbuhkan senyuman dari lelaki itu. Ia terus membaca hingga fokusnya tak terbagi, bagaikan dunia hanya diisi olehnya seorng diri. Ia membuka halaman berikutnya dan dengan spontan, ia membaca dengan suaranya yang terdengar begitu nyaring, bagaikan petir mengaung dengan keras namun indah, laksana nada pada petikan gitar yang dititipkan Tuhan kepada hamba-hamba-Nya. Bunyi kalimat yg ia bacakan mampu menerobos lampu merah hati.

Baca Juga :  Pendidikan Budaya Batak Akan Diterapkan Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun Ajaran 2023/2024

“Cinta sejati adalah sesuatu yang nyata, dan api yang menjadi bahan bakarnya akan menyala selamanya, tanpa sebuah awalan dan tanpa sebuah akhiran…. Api cinta sejati yang menyala di jiwanya bagaikan obor yang terus menyala hingga akhir hayatnya.”
Itulah kalimat yang dibacakan oleh lelaki itu.

Lelaki itu terus membaca menghabisi tiap-tiap halaman dengan suara perlahan tenggelam bagaikan senja yang perlahan ditelan malam. Pada akhirnya, ia menemukan sebuah bab yang berbunyi, “Sekuntum Bunga yang Terkoyak”. Ia lalu membacanya dengan suara yang tak mampu didengar jika berdiri jauh satu meter darinya. Suaranya bagaikan angin sepoi-sepoi yang mampu membuat Putri Sang Raja tertidur di dada seorang lelaki seperti lelaki itu. Detik demi detik, suaranya kembali terdengar dengan mengucapkan kalimat indah yang ia bacakan dari buku itu.

“Mengapa kau berikan hatimu kepada mawar yang mekar tanpa kehadiranmu, sementara kau masih tetap berkubang dalam debu? Hanya hati sekeras batulah yang mampu menghancurkan hati seperti milikmu.”

Setelah membaca kalimat pada buku itu, matanya berkaca-kaca menahan tangis, sebab wanita yang sudah berbulan-bulan ia simpan rasa tak kunjung datang. Kembali, ia membuang buku itu di atas lantai yang berdebu dan meneguk kopinya yang dingin dan menghangatkan dadanya dengan hisapan asap rokok yang baru saja dibakar, sambil mendesah pelan, “Ah….inikah hidup?

Duk duk duk, bunyi detik pada jarum jam terus berjalan, lelaki itu pun hanyut dalam keadaannya saat itu, dengan mengisap rokoknya yang belum juga habis. Tangan kirinya mengusap pipinya dan menarik rambutnya yang gimbal, matanya semakin berat, giginya yang putih bagaikan kapas kini menggigit bibir merahnya tanpa sadar, lelaki itu tertidur dengan rokoknya yang masih terselip di jarinya.

Bersambung…

banner 468x60
error: Content is protected !!