banner 468x60

Siswi SMPN 2 Harian Laksanakan Kegiatan P5 Kearifan lokal : Mangaletek Baion

Avatar photo
banner 468x60

Samosir – Siswi-siswi kelas VIII di SMP Negeri 3 Harian Kabupaten Samosir telah melaksanakan kegiatan P5 dengan tema kearifan lokal,” Belajar Menganyam Tikar Pandan” yang dibimbing oleh Guru tenaga pengajar: Rempi simbolon s.pd, Kondar simbolon s. Pd ,Eskasandia Habeahan s.pd ,Huminsar Nababan s.Pd, Hotlida Gultom s. Pd, para Siswi-siswi yang belajar mengayam Tikar Pandan tersebut terdiri dari 2 Kelompok yaitu :

1. kelompok kelas 8¹nama :

banner 468x60

• Claudya Togatorop

• Yoselin Sinaga

• Rina Sihotang

• Astina Sihotang

• Iin Sihotang

• Marselina Silalahi

• Rani Simbolon

• Lamria Sihotang

• Ernita Simbolon

• Icha Sinabang

• Winda Simarmata

• Angel Simbolon

2. Kelompok kelas 8²

• Luna Maya Simbolon

• Icha Sihotang

• Lamrida Sihotang

• Anatasya Samosir

• Alexa Sihotang

• Katrin Gultom

• Anisa Gultom

• Awrel Sihotang

• Ayu Sihotang

• Marfa Sihotang

Para Siswi tersebut saat ditemui tampak asyik belajar membuat berbagai macam anyaman khas suku Batak yaitu, Lage dan Tandok.(09/11/2023)

“ Perasaan kami dalam melakukan P5 sangat senang karena pengetahuan kami dalam mangaletek lage-lage (menganyam Tikar ) bertambah, selain itu dengan melakukan kegiatan kearifan lokal ini menjadikan kebudayan yang telah lama ada bisa bertahan dan dilestarikan,” ujar salah satu siswi SMP Negeri 2 Harian.

Rempi Simbolon Spd salah satu Guru tenaga pengajar tampak sangat sabar dalam mengajari Siswi-siswi mulai dari proses awal penganyaman hingga terbentuknya Lage-lage dan Tandok khas Batak.

“ Mangaletek Baion, Salah satu tradisi atau kebiasaan wanita dibeberapa sudut kampung tanah batak yang hampir punah dan tidak terlihat alias sirna ditelan zaman.” ujar Rempi Simbolon Spd.

Baca Juga :  Penyerapan Anggaran DAK NF 2023 Puskesmas Harian Diduga Gagal
Mangaletek Baion

Mangaletek Baion atau menganyam artinya menyusun lembaran Baion (daun pandan berduri atau pandan samak dan sejenisnya) yang telah bersih dan kering secara tindih-menindih dan silang menyilang yang dahulu kala identik dilakukan oleh wanita Batak jaman dulu ditanah Batak.

Bahan-bahan Mengeletek Baion

Sebelum Mangaletek (menganyam) sebuah tikar, topi, Keranjang maupun Tandok, dll. Daun Pandan Samak yang sudah dipotong dari tempat habitatnya, di jemur selama tiga hari hingga putih kecoklatan dan biasanya ditumbuk biar gepeng maka daun Baion siap untuk anyam, selain itu dalam proses menganyam ini juga diperlukan alat tradisional umumnya masih sederhana seperti: pisau pemotong, pisau penipis, tang penjepit dan maupun gunting untuk memotong pinggiran yang tersisa.

Mangaletek Baion Dan Budaya Batak

Masyarakat Batak Toba di jaman dulu sebelum banyak menggunakan perkakas rumah tangga yang terbuat dari plastik, masyarakat Batak menggunakan Tikar dari anyaman Baion atau disebut Lage-lage, dan sejenis karung atau keranjang tempat beras atau gabah dari Baion yang disebut Tandok atau Tandok-tandok. Dan jaman dulu wanita masyarakat Batak kerap bertandang kerumah tetangga untuk kerjasama Mangaletek Tikar. Dan pada malam harinya muda-mudi Batak itu menumbuk Baion (Manduda Baion) dan disitulah mereka bisa bertemu saling kenal dan bisa juga menjadi jodoh.

Namun tradisi itu sekitar 30-40 tahun silam, sejak kemajuan zaman dan banyaknya perkakas rumah tangga yang terbuat dari plastik yang serba praktis, kini tradisi itu sudah ditinggalkan. Namun tidak jarang juga kita menemukan tikar yang terbuat dari Baion dirumah-rumah masyarakat hingga sekarang.

Baca Juga :  Kapolres Humbahas Berikan Surprise Kepada Dandim 02/10 Taput Peringati HUT TNI Ke-78

Lewat kegiatan P5 ini berupaya mempertahankan kearifan lokal yakni Mangaletek Baion sebagai Produk Khas Batak. Karena saat ini tidak banyak generasi muda di Tanah Batak yang mewarisi pengetahuan menganyam untuk membuat tikar pandan ini sebagai produk kearifan lokal karena bahan baku pandan berduri sulit ditemukan dan persaingan harga tikar pandan dengan tikar pabrik sudah tidak seimbang lagi.

Kepala SMPN 2 Harian Eybarda Simbolon Ssi mengatakan bahwa pentingnya melestarikan Budaya, salah satunya kearifan lokal seperti mangaletek Baion.

“ Bahwa Kearifan lokal merupakan pandangan hidup dan pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab seluruh masalah dalam memenuhi kebutuhan mereka. Kearifan lokal merupakan kekayaan budaya masyarakat suku-suku bangsa yang memiliki potensi luar biasa. Bangsa Indonesia dianugerahi keanekaragaman kearifan lokal dalam berbagai bentuk di seluruh Nusantara. Dan itu adalah aset budaya kita,” ujar Boru Simbolon kepala Sekolah SMP N3 Harian.

Kearifan lokal itu dapat meningkatkan dan mengembangkan serta memajukan budaya serta nama daerah dan menjadikan ikon daerah itu sendiri.

“ Pendidikan berbasis kearifan lokal tidak hanya mampu membangun sumber daya manusia dengan ilmu pengetahuan dan teknologi saja, melainkan juga etika dan moral dari peserta didik. Kurikulum dikatakan berjalan selaras apabila terdapat nilai budaya yang mampu merangsang potensi dan kelebihan peserta didik agar berkarakter dan mencerminkan nilai budaya dan berkarakter global.” sambungnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Sekretaris Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Samosir, Borri Pasaribu menyampaikan bahwa Kegiatan siswi-siswi SMPN 3 Harian yang melaksanakan Mengayam Tikar itu, Sesuai Program Kurikulum Merdeka P5 yang diperkenalkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Indonesia pada tahun 2021 dengan tujuan memberikan kebebasan dan kemandirian pada siswa dalam menentukan pendidikan sesuai dengan minat dan bakat.

Baca Juga :  Bupati Samosir Hadiri Pelantikan Pengurus Persekutuan Gereja-Gereja Pentakosta Indonesia (PGPI) Wilayah Kabupaten Samosir Periode 2023-2028

“ Berdasarkan Kemendikbudristek No.56/M/2022, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan kegiatan kokurikuler berbasis projek yang dirancang untuk menguatkan upaya pencapaian kompetensi dan karakter sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dilakukan secara fleksibel dari segi muatan, kegiatan, dan waktu pelaksanaan. Projek tersebut dirancang terpisah dari intrakurikuler.” jelas Borri.

Harapannya, agar peserta didik dapat menghadapi tantangan globalisasi. Terdapat relevansi antara kearifan lokal dengan sistem nilai dimasyarakat sesuai dengan nilai Pancasila. Pancasila sebagai frame yang menaungi setiap kearifan lokal pada masyarakat. Dengan mengenal potensi dan kekayaan alam serta budaya di daerah, peserta didik SMP N 3 Harian Kabupaten Samosir akan menjadi generasi yang peduli terhadap kekayaan daerah di sekitar tempat tinggalnya. Peserta didik juga akan menjadi lebih berkompeten dan bermartabat dalam menjaga eksistensi kekayaan budaya daerah lokal. Kearifan lokal juga dapat digunakan sebagai modal dalam membentuk karakter luhur Bangsa.

banner 468x60
Penulis: BP Editor: Timbul.S
error: Content is protected !!